Review Novel Hijrah Hati di Senja Copacabana



                    Hijrah Hati di Senja Copacabana (Scappa per Amore 2)

           Senang rasanya bisa memiliki buku kedua dari penulis yang saya kagumi, Dini Fitria. Penulis sekaligus mantan presenter program  Jazirah Islam ini akhirnya merilis novel sekuel dari Scappa per Amore. Untuk novel Scapa per Amore, saya pernah merensesinya juga di blog ini


http://www.yunisasara.blogspot.com/2013_09_01_archive.html
Novel ini masih menceritakan petualangan gadis bernama Diva yang harus melakukan peliputan di beberapa negara Islam minoritas. Membaca novel ini membuat saya benar-benar terbawa oleh atmosfir petualangan yang menantang. Tak jauh berbeda dengan buku sebelumnya, buku ini mengemas perjalanan Diva saat bertemu dengan komunitas mualaf di beberapa negara Islam minoritas. Namun Diva tidak berpetualang lagi ke benua Eropa seperti yang dikisahkan pada novel Scappa per Amore yang pertama, kali ini ia berpetualang ke beberapa negara Amerika Latin seperti; Argentina, Meksiko, dan Brasil. Kota Padang, kampung halaman yang menjadi saksi hidup Diva pun tak ketinggalan untuk melengkapi setting tempat pada kisahnya kali ini. Ada hal yang unik dari karya Dini Fitria, sesuai dengan judulnya “Hijrah Hati di Senja Copacabana” Setting tempat yang menggambarkan salah satu pantai menawan di Brasil ini justru diulas pada Bab 35, yaitu bab terakhir pada buku ini. Novel ini bukan sekedar mengisahkan perjalanan peliputan semata, lebih dari itu. Ketika membaca kisah pada novel ini, banyak hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik. Salah satunya, pelajaran hidup tentang arti memaafkan dan arti Hijrah yang sesungguhnya. Keunggulan novel ini terletak dari berbagai bahasa latin yang dikutip oleh penulis, ada juga beberapa percakapan yang menggunakan bahasa minang. Kalau untuk kelemahan novel ini sendiri saya belum menemukannya. :p
 Berikut beberapa kutipan dari buku Hijrah Hati di Senja Copacabana;


    #Kutipan Percakapan Boy kepada Diva
“Ya, kita memang tidak boleh mematikan harapan, tapi kita juga harus ingat bahwa harapan itu tidak selalu berujung nyata. Menaruh harapan pada dua sisi yang berbeda itu membuat kita lebih arif dan bijaksana. Percayalah, tidak ada yang bisa membuat kita bahagia kecuali diri sendiri. Pertanyaan sekarang, apakah kamu mau menemukan kebahagiaanmu? Itu yang terpenting.” Hal 61-

#Kutipan percakapan Liz (Seorang penari Tango yang kini menjadi mualaf) dengan Diva

“Tepat sekali. Mawlana Jalaluddin Rumi adalah penyair sekaligus tokoh sufi yang puisinya sampai sekarang tak pernah mati oleh laju peradaban. Bagi Rumi, cinta melampaui semua dogma agama. Karena, cinta hadir untuk memeluk kesulurahan ciptaan. Cinta adalah hakikat agama yang mempersatukan seluruh umat manusia dalam cahaya Ilahi. Cinta bukan sekedar ketertarikan lawan jenis dengan kebutuhan yang dangkal. Cinta juga bukan sebuah kepentingan. Aku mengagumi Rumi. Karena puisinyalah, aku kemudian mempercayai adanya cinta sejati, yaitu Tuhan.” Hal 119-


 #Kutipan percakapan Anwar (Pemuda Arab yang menetap di Meksiko) dengan Diva

“Wah tenang, temanku banyak yang menyerupai keinginanmu. Namun, masalahnya mereka di Indonesia.”

“Tidak masalah kalau memang ada yang cocok aku siap melamar dan mendatangi keluarganya. Aku benar-benar membutuhkan pendamping hidup. Aku bukan tipe orang yang bisa hidup sendiri, aku tidak bisa menanti terlalu lama.”

“Oke, semoga ada yang cocok denganmu dan siapa tahu bisa berjodoh.”

“Amin, I hope so. Aku pasti akan menagih janjimu.”

“Wah, berarti aku berutang dong sama kamu?”

“Makanya, bagaimana kalau kamu saja?”

“Maksudnya?”

“Kurasa kamu orang yang tepat untuk menjadi bagian dari masa depanku.”
                                        Hal 264-


 #Kutipan percakapan Maria dengan Diva di pantai Copacabana
Ya, aku memaafkan, tapi tidak akan bisa melupakan. Namun aku memilih tidak mengingat dan mengungkitnya. Apa untungnya menyakiti diri sendiri? Sementara masih banyak kebahagiaan lain di luar sana yang harus kujemput? Aku memang sudah hancur, tapi aku masih punya secuil harapan dari di balik kehancuran itu. Di balik sebuah alasan kuat saat terjatuh pasti ada sebuah kesempatan yang lebih kuat untuk kembali bangkit. Hidup hanya sekali, Diva,” Hal 315-

Dan bagian favorit saya pada novel ini adalah saat Diva menjadi saksi pengucapan kalimat syahadat yang dilakukan oleh seorang gadis Meksiko bernama Melina. Melina mendapatkan hidayah dari-Nya dengan cara yang tak terduga. "No hay divinidad salvo Allah. Y Muhammad es u Mensajero." Hal 186-


Sekian ulasan novel Hijrah Hati di Senja Copacabana, tak akan rugi jika anda mengoleksi buku petualangan hebat satu ini. Selamat berburu ke toko buku terdekat!  Gracias, Obrigado. :3
ü  

Komentar

  1. Aku udah bacaaa seruu..cuman memasuki petualangan ke Amlatin mulai membosankan, kurang menantang siy ga selesai bacanya. Mgkn krn udh expectasi tinggi kayak Bulan terbelah dilangit amerika nya hanum rais yg nurutku keren bingitss Yuun deg degan adventure nya.. ak beli pas peluncuran, dan pas kak dini juga pas peluncuran di italia instituite....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah.. kmu dteng pas peluncuran bkunya mbak Dini? Aku malah berhalangan hadir wktu itu. Pdhl pengen bgt dateng. Aku mlah blum baca bkunya Hanum Haris. The next insyaAllah mau beli bkunya :D

      Hapus
  2. Bukunya udah ada di toko buku makassar yaa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. In shaa Allah sudah ada. Karena cetakan pertama diterbitkan Agustus 2014 :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dalamnya Makna Lagu ‘Let Me Breathe’ – Harris J

Resensi Buku : Imam Syafi'i (Pejuang Kebenaran)

Musafir dan Si fakir ilmu