Kutukan Ruang Air Garam Part 2 (CeBan 7)











Tina kembali menoleh lagi, suara pria itu kini benar-benar lenyap. Ia mulai merasa tak tega dengan Wahyu, makhluk absurd yang terkena kutukan konyol itu. Logika Tina kembali berputar. Kutukan? Masih adakah kutukan di zaman yang seperti ini? Sungguh tak realistis. Pikirnya. Tina pun membalikan badannya, dan berlari ke arah laut.
“BYURRRRRR!” Tina menenggelamkan dirinya. Sebenarnya ia tidak bisa berenang. Namun ia berusaha berenang dan memanggil nama ‘Wahyu Nasution’ dalam hatinya. Berharap bisa melenyapkan kutukan ruang air garam. Ia mulai menyelam, dan menembus palung laut. Hingga matanya kembali terpejam. Ia sungguh tak berdaya lagi. Tina pun akhirnya tenggelam dan tak sadarkan diri.

“Tina.. Bangun Tina!” Sesosok pria berbadan tambun dengan kepala plontos itu menarik tangan Tina dan membawanya ke suatu tempat. Sungguh sosok pria itu tak asing lagi baginya.
Akhirnya, Tina pun tersadar dari tidurnya. Kamar. Tina sungguh berharap ia sudah berada di kamar dan mengakhiri mimpi anehnya itu. Namun apa yang terjadi memang bukanlah mimpi belaka. Tina mendapati dirinya tertidur di sebuah ruang. Ruangan itu mirip seperti gelembung sabun raksasa.
“Tina, syukurlah kamu sudah sadar.” Sosok pria yang menolong Tina itu melemparkan senyuman sembari mengusap rambut Tina. Spontan, Tina pun langsung menghindar ketakukan.
“Siapa? Siapa kamu?” Tanya Tina dengan wajah ketakutan.
“Tenang.. tenang Tin, aku Wahyu Nasution, aku bukanlah hantu. Terimakasih banyak Tina, kau telah menyelamatkanku dari kutukan ini. Terimakasih.” Ucap makhluk absurd yang kini telah menampakkan dirinya sebagai pria gagah bak ksatria.
“Lalu? Kapan aku bisa pulang? Kutukan ini sudah berakhir kan? Kenapa aku masih ada disini?” Tina berkata dengan mata yang berkaca-kaca. Sekuat tenaga ia menahan tangisnya karena takut kalau dirinya tak bisa kembali pulang ke rumah.
“Sekarang kita ada di ruang air garam. Kutukan ini akan segera berakhir. Kita hanya tinggal menunggu gelembung besar ini naik ke permukaan laut. Disinilah berabad-abad lamanya aku tinggal. Ruang ini dulunya gelap. Tapi kini ruang ini menjadi terang karena mu Tina.”
“Sebenarnya, apa hubungan kutukanmu dengan lagu Owl City yang berjudul The Saltwater Room? Kau tahu? Ini sungguh tidak masuk akal! Aku hampir setengah gila karena kutukanmu.”
“Memang kutukanku itu tak ada kaitan apapun dengan lagu itu. Tapi kata-kata ‘Saltwater Room’ yang berarti ‘Ruang Air Garam’ dalam lirik lagu itu membuat mantra kutukan ini terbuka karenamu. Setiap waktu kau menyanyikan lagu itu bukan? Apa itu lagu kesukaanmu? Itu sebabnya aku sering hadir dalam mimpi mu. Memintamu untuk menolongku. Untuk selanjutnya aku pasti tak akan menyusahkanmu lagi, Tina. Maafkan aku yang telah menyusahkanmu.”
“Lalu bagaimana nasib pemain biola misterius yang mengutukmu itu?”
“Dia sudah hilang entah kemana.”
“Terus, kalau kau sudah terbebas dari ruangan ini, apakah kau akan menjadi manusia biasa? Bagaimana dengan kehidupanmu nanti? Keluargamu? Walau kau masih kelihatan muda, umurmu sudah berabad-abad lebih kan?” Wahyu hanya menunduk dan berpikir.
Belum saja serangkaian pertanyaan dari Tina dijawabnya. Gelembung raksasa itu pun tetiba membawa Tina dan Wahyu menyusuri keindahan laut. Berbagai macam karang, rumput laut, ikan-ikan, serta makhluk indah laut lainnya dengan ajaib bisa Tina lihat pada malam hari di ruang air garam ini. Dan seketika kilatan sinar yang menyilaukan itu datang kembali dan membuat mereka terpisah dan keluar dari gelembung raksasa itu.
“Tinaaaaaaa!!!”
Nafas Tina kini terengal kembali. Ia dapati dirinya sudah berada di kasur kamarnya dengan keadaan basah kuyup.

Di sebuah ruang seminar.
“Kamu tahu gak Tin? Cerita kamu itu mirip film horor yang judulnya RING! Pas adegan Rachel nyebur laut karena di kejar hantu penunggu sumur angker. Hiiii.. serem.”
“Apaan sih Li, ini serius, Aku gak ngarang cerita! Pas bangun tidur tuh badan aku udah basah semua.”
“Paling itu Mama kamu yang bangunin kamu sambil guyurin air, atau malah kamu sendiri lagi yang ngompol. Iiih.. Tina joyok.”
“Terserah deh kalau gak percaya.” Tina pun hanya terdiam di bangku itu sembari kembali memikirkan kejadian tak masuk akal yang ia alami tadi malam. Ruang seminar ini sudah ramai sejak duapuluh menit yang lalu. Para peserta menunggu pembicara yang tak kunjung juga hadir, Sebenarnya Tina memang tak berminat untuk hadir ke seminar bedah buku salah satu penulis yang membuat Lili penasaran. Tapi karena Tina tidak enak menolak ajakan sahabatnya ini, Tina pun tetap memaksakan diri untuk menjadi peserta seminar.
“Selamat siang semua, maaf ya sudah menunggu lama.” Akhirnya sesosok pria berseragam angakatan udara memecah keramaian peserta seminar yang sedari tadi menunggu.
Kedua mata Tina dan Lili saling beradu dan melebar.
“GILA! Ternyata penulis buku Best Seller ‘Misteri Mercusuar’ lebih ganteng dari yang aku lihat di teve Tin. Gak salah emang kita dateng ke acara seminar ini. Bisa nyuci mata!.”
“Itu.. itu kan? WAHYUUUUU!” Tanpa sadar Tina pun berteriak di ruangan yang penuh peserta itu. Semua mata kini menatap Tina dengan herannya.
“Ya, maaf mbak. Mbak pasti sudah baca novel saya ya. Terimakasih untuk apresiasinya” Sosok pria yang Tina kenali sebagai Wahyu Nasution itu pun menengok kearah Tina sambil tersenyum.
Tina hanya terdiam dan terpaku. Mulutnya masih mengaga keheranan sedang Lili mencoba menepuk-nepuk tangannya untuk menyadarkan lamunan sahabatnya itu.
“Tin.. Tina? Kamu gak apa-apa kan?”
                                                      End~

 Sumber Foto: Mila Rue/ Camilla Khoirunisa, Google
Sumber Inspirasi: Owl City/Adam Young, HootOwls CR, Unavailable Concert Ticket

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dalamnya Makna Lagu ‘Let Me Breathe’ – Harris J

Resensi Buku : Imam Syafi'i (Pejuang Kebenaran)

Musafir dan Si fakir ilmu