Postingan

Menampilkan postingan dengan label Cerita Bantet (CeBan)

Hening yang Bersuara (CeBan 9)

Gambar
Aku memandanginya lagi dari sisi yang tak bisa ia lihat. Sembunyi. Itulah caraku mengaguminya. Tak ku biarkan mataku dan matanya beradu. Ku palingkan pandanganku kemana saja asal bukan kematanya. Kini, aku melihatnya lagi. Ia berjalan tegesa-gesa. Dua kantong plastik berisikan belanjaan itu, ia genggam di kedua tangannya. Dan tak lama gadis itu pun lenyap dari pandanganku. Aku terdiam lagi. Dan kembali berjalan ke arah yang berlawanan darinya.    (Sosok bayang, yang tak pernah kau sadari)                                                          ******* Langit mulai menggores rona jingga pada wajah pilonnya. Tepat pukul 15.30 WIB. Empat gadis itu berbincang-bincang ditengah kemacetan Ibu kota, dalam mobil sedan berwarna silver. Sebut saja mereka dengan nama Hening, Semi, Angin, dan Gugur. Mereka semua adalah gadis sebaya, terkecuali Semi. Semi adalah seorang gadis yang usianya hampir berkepala tiga. Namun, karena penampilannya yang modis, Semi masih terlihat sepan

Surat Undangan Stone (CeBan 8)

Gambar
  “Assalamualaikum, pak ini ada undangan.” “Waalaikumsalam, iya pak dari siapa?” “Dari pak Jalaudin RT 07, anaknya yang paling bungsu akan nikah minggu depan pak.” “Oh iya-iya pak, makasih ya pak.” Pria yang berusia sekitar limapuluh tahun itu pun pergi dan kembali berkeliling komplek untuk mengantarkan surat undangan. Pak Mulyono hanya memandangi surat undangan itu lalu kembali menyapu halaman rumah yang dipenuhi daun-daun gugur yang berwarna kuning keemasan. Sebenarnya, ini bukan undangan acara pernikahan pertama yang beliau terima pada minggu ini. Di minggu ini sudah ada lima undangan yang ia terima, belum lagi pada minggu sebelumnya, surat undangan dan permintaan para tetangga untuk memintanya menjadi panitia acara pernikahan pun selalu berdatangan sejak bulan Syawal hingga bulan Dzulhizah.  Kesibukan pun kerap kali melanda Pak Mulyono dua bulan terakhir ini. Beliau sebenarnya dengan senang hati menerima amanah dari para tetangga yang memintanya menjad

Kutukan Ruang Air Garam (CeBan 6)

Gambar
        Malam itu udara dingin kian merasuk. Dinginnya mulai menusuk-nusuk kelangkang bahkan merasuk sampai ke lunas. Angin darat yang bertiup dari darat ke laut setiap malam memang selalu berhasil membuat tulang merasa nyeri akan sapaannya. Nampak dari kejauhan, berdiri sebuah mercusuar dengan gagahnya. Tinggi mercusuar itu sekitar lima belas meter. Mercusuar tersebut adalah bangunan peninggalan Jepang pada masa penjajahan saat itu. Memang sudah tak berfungsi lagi. Mercusuar yang dibangun di pulau kecil itu dahulu digunakan oleh pemerintah kolonial Jepang untuk mengintai kapal-kapal penumpang yang melewati pulau itu. Berbeda dengan sekarang, pulau yang dahulu menjadi markas kolonial Jepang berabad-abad yang lalu kini berubah menjadi pulau tak berpenghuni yang menyimpan sejuta misteri. Perlahan, lantunan biola mulai terdengar dengan merdunya. Siapa sangka ternyata di puncak mercusuar itu terdapat gadis yang tertidur lelap. Tertidur lelap tanpa menyadari betapa terasingnya ia